Buah carica merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain di Indonesia, namun tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo (Hidayat, 2000). Buah carica memiliki citarasa yang unik, bau yang khas, dan daging buah yang kenyal. Karakteristik buah carica adalah memiliki rasa masam, pahit, dan getah yang dapat menimbulkan gatal, membuat buah ini hanya enak dimakan apabila telah diproses terlebih dahulu. Selain itu, buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang tidak tahan lama atau sangat cepat mengalami kerusakan bila disimpan dalam keadaan segar.
Oleh karena itu, adanya upaya pengolahan lebih lanjut sangat membantu dalam memperpanjang umur simpan buah sehingga dapat dikonsumsi kapan saja, lebih praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah. Buah tersebut mengandung kalsium, gula, vitamin A, C, dan E (Dorothy dan Hargreaves, 1964, diacu dalam Hidayat, 2000) sehingga sangat cocok dimakan oleh seseorang yang mempunyai pencernaan yang lemah terhadap buah-buahan lain, karena mempunyai sifat memperbaiki sistem pencernaan.
Buah carica mengandung banyak papain, enzim yang mampu mencerna protein sehingga dapat digunakan dalam berbagai keperluan industri seperti minuman, makanan, dan farmasi. Selain itu, bagian lain dari buah carica, yaitu biji buah carica dapat digunakan sebagai obat peluruh buang air kecil. Daun carica mengandung karpaina yang berfungsi untuk mengurangi gangguan jantung, obat anti amuba dan obat peluruh buang air kecil, serta dapat digunakan sebagai pelunak daging, mengobati sesak napas, dan tekanan darah rendah.
Buah carica mengandung serat alami dan vitamin C yang sangat tinggi sehingga dapat memperlancar proses pencernaan makanan, menambah daya tahan tubuh, dan kandungan enzim papain yang tinggi membantu dalam penyembuhan sakit punggung. Selain itu, memiliki sifat antiseptic dan membantu mencegah perkembangbiakan bakteri yang merugikan di dalam usus, membantu menormalkan pH usus sehingga keadaan flora usus pun menjadi normal. Buah carica juga memiliki khasiat lain dimana carica mengandung enzim papain yang relatif besar, yaitu enzim yang berfungsi mempercepat proses pencernaan protein.
Enzim papain dalam buah pepaya mampu mencerna zat sebanyak 35 kali lebih besar dari ukurannya sendiri, sehingga dapat dikatakan meskipun kandungan protein dalam buah carica tidak terlalu tinggi (4-6 gram) namun hampir seluruhnya dapat diserap oleh tubuh. Papain juga dapat memecah makanan yang mengandung protein sehingga terbentuk berbagai senyawa asam amino yang bersifat autointoxicating atau otomatis menghilangkan terbentuknya substansi yang tidak diinginkan akibat pencernaan yang tidak sempurna. Tekanan darah tinggi, susah buang air besar, radang sendi, epilepsi dan kencing manis merupakan penyakit-penyakit yang muncul karena proses pencernaan makanan yang tidak sempurna. Papain tidak selalu dapat mencegahnya, namun setidaknya dapat meminimalkan efek negatif yang muncul sehingga dapat membantu proses pencernaan makanan yang lebih baik. Selain itu, enzim papain juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena membantu pengaturan asam amino dan membantu mengeluarkan racun,
Adanya penelitian tentang minuman berenergi yang mampu meningkatkan stamina pemain yang terbuat dari bahan-bahan herbal atau alami yang tidak menimbulkan efek samping sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat yang membutuhkan stamina dalam kehidupan sehari-harinya. Pembuatan minuman Purica diawali dengan membuat bubuk purwaceng yang dibuat dari akar purwaceng kering diblender hingga menjadi halus dan disaring, selanjutnya membuat sirup carica yang dibuat dari air biji carica dicampur dengan air daging buah carica, kemudian larutan direbus hingga mendidih dan disaring. Pembuatan minuman purica dilanjutkan dengan melarutkan gula pasir dalam 50 mL air panas, dan menyeduh bubuk purwaceng dalam air panas. Kemudian mencampurkan sirup carica dengan larutan gula dan larutan purwaceng. Setelah tercampur rata, kemudian menambahkan 300 mL air dan minuman herbal alami berenergi purica siap dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief. 2001. Senyawa Bioaktif Golongan Kumarin Artemisia sacrorum Ledeb. Bogor: Jurusan Kimia FMIPA IPB.
Darwati, Ireng dan Roostika, Ika. 2006. Status Penelitian Purwaceng (Pimpenella alpina Molk) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah Vol. 12 No. 12.
Hidayat S. 2000. Potensi dan prospek pepaya gunung (Carica pubescens Lanne & K. Koch) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Di dalam Seminar Sehari Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Menjadi Ketahanan Pangan dalam rangka Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Prosiding seminar; Bogor, 5 November 2000. Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor. hlm 89-95.
Rahardjo M. 2010. Tanaman Obat Afrodisiak. Di dalam: Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Volume 16 Nomor 2. Bogor: Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sukadiyanto & Muluk, Dangsina. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung.