Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia, umumnya pangan masih memiliki ancaman keamanan, salah satunya adalah keracunan. Keracunan dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Bakteri patogen yang dapat menimbulkan keracunan makanan diantaranya adalah S.aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp.
Menurut Dinkes Depok yang menguji total 34 sampel jenis pangan yang kemudian didapati mengandung bakteri E.coli. Pangan yang diuji Dinkes Depok di antaranya es kacang hijau, es buah, susu kedelai, dan sebagainya (Lova, 2018). Ochiai (2008) mengkategorikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kejadian endemic salmonellosis tertinggi di Asia setelah China dan India, dan diikuti Pakistan dan Vietnam. Di Indonesia, khususnya di Malang diketahui bahwa 3 dari 36 sampel hasil penelitian sampel karkas ayam segar terdeteksi positif tercemar Salmonella sp. (Primajati, 2011). Selain itu terdapat furunkel, selulitis, dan infeksi gastroenteritis yang diakibatkan enterotoksin dari bakteri Staphylococcus aureus (WHO, 2012).
Berdasarkan beberapa kasus di atas, maka perlu dilakukan pencegahan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada bahan pangan menggunakan antibakteri dari bahan alami. Indonesia dipercaya negara yang kaya akan sumber daya alamnya baik flora maupun fauna. Pemanfaatan flora dan fauna kini sudah mulai berkembang, salah satunya adalah pemanfaatan lebah. Lebah dikenal sebagai hewan penghasil madu, royal jelly dan bee pollen. Bee pollen adalah bahan seperti bubuk yang diproduksi oleh serbuk sari tanaman berbunga, dicampuri dengan nektar dan sekresi lebah yang dikumpulkan oleh lebah madu.
. Di dalam pollen ini mengandung konsetrasi fitokimia dan nutrisi yang kaya akan senyawa metabolit sekunder. Suku Mesir pada zaman dahulu mendeskripsikan pollen sebagai “a life giving dust.” Di dalam pollen ini mengandung konsetrasi fitokimia dan nutrisi yang kaya akan senyawa metabolit sekunder. Polen lebah merupakan salah satu makanan alami terkaya dan paling murni yang pernah ditemukan. Nilai gizi dan kemampuan terapi kumpulan serbuk sari ini telah dikenal selama berabad-abad. (Mulu et al., 2004). Polen lebah mengandung berbagai macam nutrien, senyawa fitokimia, enzim, dan asam-asam organik.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB Press, Bandung.
Miraglio, A. M. 2002. Honey Health and Therapeutic Qualities. National Honey Board.http://www.biologiq.nl/UserFiles/Compendium%Honey%202002.p df honey health. (Diakses pada tanggal 23 Maret 2019)
Mulu, A., B. Tessema, and F. Derby, 2004. In vitro Assesment of The Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogens. Ethiop. J. Health Dev. 2004:18 (2).
Nurilmala M, Ochiai Y. 2016. Molecular characterization of southern bluefin tuna myoglobin (Thunnus maccoyii). Fish Physiology and Biochemistry. 42(5): 1407141Olson, et al., 2012, Poisoning & Drug Overdose, 6th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., United States, pp. 204, 278
Primajati SE. 2011. Deteksi Bakteri Patogen Salmonella spp dan Listeria Monocytogenes pada karkas ayam broiler segar yang beredar di kota Malang. (abstrak) Universitas Brawijaya. Malang
Sholikhah, M. 2012. Analisis Fitokimia dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak Produk Sarang Lebah Trigona incisa Terhadap Streptococcus sobinus dan Candida albicans. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuam Alam :UNMUL
Venskutonis. 2007. Antibacterial Activity of Honey and Beebread of Different Against S. aureus and S.epidermis.Journal Food Technology and Biotechnology,pp. 201-208. World Health Organization (WHO). Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO; 2012.