Potensi Propolis Lebah Trigona spp. Sebagai Produk Antiinflamasi (page 2)

Propolis banyak dimanfaatkan dalam bidang pencegahan dan pengobatan penyakit serta industri makanan (Suranto, 2010). Propolis diketahui mempunyai khasiat aktivitas antibakteri, antifungi, antivirus, dan anti aktivitas biologi lain seperti anti inflamasi, anestesi lokal, hepatoprotektif, antitumor, dan imunostimulasi (Bankova et al., 2000).  

Dok : Nutrima

Khasiat propolis yaitu dapat mengurangi pembengkakan, mengurangi nyeri penyembuhan luka (Siregar et al., 2011). Berdasarkan khasiat-khasiat yang dimilikinya, maka propolis banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Propolis dapat digunakan untuk melawan bakteri penyebab radang tenggorokan, jamur penyebab infeksi kulit, virus penyebab flu, dan dapat pula digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara alami karena adanya bioflavonoid yang dapat membantu meningkatkan produksi serta aktivitas sel-sel imun (Bogdanov, 2017). Sediaan propolis telah digunakan untuk penyembuhan luka, regenerasi jaringan, luka bakar dan sakit gigi karena efek anestetik lokalnya lima kali lebih efektif daripada kokain (BPOM RI, 2006).

Inflamasi merupakan respon biologis kompleks jaringan vaskular yang berbahaya patogen, sel yang rusak, iritasi, dan radikal bebas. Inflamasi terjadi akibat dari reaksi tubuh terhadap invasi mikroorganisme patogen atau terhadap trauma karena luka, terbakar, atau bahan kimia. Pada bagian yang mengalami peradangan akan muncul tanda-tanda seperti: (1) Rubor atau kemerahan, (2) Tumor atau pembengkakan, (3) Dolor atau nyeri, (4) Kalor atau panas dan (5) Functio laesa atau hilangnya fungsi (Putri, 2014).

Propolis memiliki aktivitas anti inflamasi yang dapat meningkatkan sistem imun tubuh serta bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut. Propolis memiliki khasiat sebagai anti inflamasi karena di dalam propolis terkandung CAPE (Caffeic Acid Phenetyl Ester). CAPE adalah senyawa kimia dalam propolis yang memiliki aktivitas sebagai penghambat peradangan (antiinflamasi), antikanker, imonomodulator, dan antioksidan karena CAPE mampu menghambat produksi reactive oxygen species (ROS). Selain itu, CAPE juga dapat digunakan sebagai irigasi saluran akar, pulp capping direct dan indirect, sebagai media penyimpanan gigi yang mengalami avulse, dan mengobati ulserasi pada rongga mulut (Mahmoud, 2006; Ardo, 2005).

Dok : Nutrima

CAPE berperan sebagai antiinflamasi dengan cara menekan aktivitas sel T. CAPE mampu menginhibisi Nuclear Transcription Factor Kappa B (NF-kB) dan stimulant IL-2 yang memacu poliferasi kerja dari sel T itu sendiri (Sabir, 2005). Mekanisme CAPE dalam perannya sebagai antiinflamasi adalah dengan menghalangi lipooksigenase dan siklooksigenase. Lipooksigenase merupakan enzim utama neutrofil yang nantinya akan menghasilkan senyawa leukotrin, sedangkan siklooksigenase menghasilkan prostaglandin yang akan menjadi mediator dalam reaksi radang.

Adanya hambatan tersebut akan berpengaruh pada produksi leukotrin. Penurunan produksi leukotrin akan mempengaruhi aktivitas fagositosi neutrofil sehingga akan menekan proses inflamasi. Terhambatnya jalur lipooksigenase dan siklooksigenase oleh CAPE akan mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah akan berkurang sehingga migrasi leukosit (PMN) ke daerah radang juga menurun (Sabir, 2005; Bankova, 2009).

Selanjutnya page 3 >>>

Sumber :

Penulis : Nastasya Putrinda Editha

Bankova, V. 2009. Chemical Diversity of Propolis Makes It a Valuable Source of New Biologically Active Compounds. Journal of ApiProduct and ApiMedical Science 1 (2): 23 – 28.

Bogdanov, S. 2017. Propolis: Composition, Health, Medicine: A Review. Bee Product Science: 1 – 44.

BPOM RI. 2006. Uji Pendahuluan Aktivitas Antikanker dari Propolis dan Komponen Aktifnya. Info POM, Jakarta.

Mahmoud, L. 2006. Biological Activity of Bee Propolis in Health and Disease. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention 7 (1): 22 – 31.

Putri, M. D. 2014. Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) Propolis dan Matrix Metalloproteinase 8 (MMP-8) dalam Proses Inflamasi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sabir, A. 2005. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp Terhadap Streptococcus mutans (In Vitro). Dental Journal 38 (3): 135 – 141.

Tinggalkan Balasan