AKTIVITAS ANTIMIKROBA KULIT MANGGIS

Garcinia Mangostana

[ CV. Nutrima Sehatalami – Bogor ]. Manggis memiliki nama latin Garcinia mangostana Linn. Spesies ini termasuk famili Clusiaceae dan merupakan spesies dari genus Garcinia. Manggis merupakan tumbuhan yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia dan Indonesia. Buah manggis panen pada bulan November hingga bulan Maret, setiap panen manggis dapat menghasilkan buah hingga 20 ton atau 200.000 buah (untuk lahan 1 hektar). Kulit buah manggis merupakan komponen terbesar dari buah manggis, yaitu sebesar 60,82% dari berat buah utuh, sedangkan daging buahnya sendiri hanya 35,51% dari buah utuhnya (Kastaman, 2007). Manggis mempunyai berat buah utuh rata-rata 107,37 gram, sehingga 1 buah manggis mempunyai berat kulit buah rata-rata sebesar 65,52 gram (Wisatya et al., 2010).

Kulit buah manggis merupakan bagian terbesar dari buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah. Banyak kulit buah manggis yang terbuang sia-sia setiap panen dan akan menjadi sampah, sedangkan manfaat dari kulit buah manggis sangat banyak. Simplisia kulit buah manggis mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, tannin, triterpenoid dan kuinon, serta unsur natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, zinc, dan tembaga (Obolskiy et al., 2009).

Mangosteen
https://s1.1zoom.me/big0/875/Fruit_Closeup_Mangosteen_Wood_planks_Wicker_basket_557389_1280x851.jpg

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit buah manggis memiliki sifat fungsional bagi kesehatan karena mengandung berbagai senyawa antioksidan, seperti senyawa fenolik atau polifenol, termasuk di dalamnya xanton dan epikatekin, di samping senyawa antosianin dan tanin. Senyawa xanton meliputi mangostin, mangostenol A, mangostinon A, mangostinon B, trapezifolixanton, tovofilin B, alfa mangostin, beta mangostin, garsinon B, mangostanol, dan gartanin (Obolskiy et al., 2009; Mahabusarakam et al., 2000; Jung et al., 2006). Senyawa xanton memiliki sifat antioksidan, antidiabetic, antikanker, antiimflammatory, hepatoprotective, immunomodulation, dan antibakteria, mampu menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon, antifungal, serta antiplasmodial (Widayanti et al., 2009). Kulit buah manggis dapat dimanfaatkan di antaranya sebagai pewarna alami dan bahan baku obat-obatan yang dibuat dalam bentuk kapsul untuk suplemen diet, bahan pembuat kosmetik, dan dapat mencegah terjadinya artritis dan alzheimer (merupakan salah satu penyakit disfungsi otak) (Wisatya et al., 2010).

Senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi dari kulit buah manggis, telah dibuktikan sebagai anti mikroorganisme yaitu sebagai antituberkulosa. Alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan mampu menghambat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis (Suksamrarn et al., 2006). Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberculosis (TBC). Kandungan alfa mangostin juga aktif terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang masing–masing resisten terhadap vancomisin dan metisilin. Ini diperkuat dengan aktivitas sinergisme dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan vancomisin) terhadap kedua bakteri tersebut. Alfa mangostin juga mempunyai efek antiplasmodial level menengah, sedangkan xanton terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino menghambat sangat poten (Mahabusarakam, 2006). Gopalakrishnan et al. (1997) menemukan bahwa senyawa xanton pada kulit buah manggis memiliki aktivitas antimikroba terhadap kapang seperti Fusarium oxysporum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae.

Ekstraksi merupakan suatu proses pencairan suatu senyawa kimia dari suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu (22,23). Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan terlepas. Ekstrak kulit buah manggis dibuat dengan cara mengupas dan memotong kulit buah manggis yang sudah tua, kemudian kulit buah dirajang hingga membentuk ukuran yang kecil. Kulit dikeringkan pada suhu ruang tanpa terkena sinar matahari langsung selama ± 1 minggu. Kulit yang kering akan berwarna kehitaman dan mengeras. Kulit yang sudah kering dihaluskan dengan blender hingga menjadi serbuk (simplisia). Simplisia ditimbang sebanyak 300 g dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 1 L pelarut n-heksana. Maserasi (perendaman) dilakukan pada suhu kamar dan tidak boleh terkena sinar matahari selama ± 24 jam dan dilakukan pengadukan sesekali. Setelah ± 24 jam, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan ampas, kemudian filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak kulit buah manggis. Ekstrak dimasukkan ke dalam botol vial dan dilakukan pemekatan ekstrak dengan water bath sampai seluruh pelarutnya habis menguap dan diperoleh ekstrak pekat (Handayani et al., 2019).

Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi cakram dengan menggunakan blanc disc ukuran 6 mm. Uji aktivitas antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur uji ditunjukkkan oleh ukuran areal bening yang membentuk lingkaran di sekitar kertas cakram sehingga dapat dihitung diameter penghambatannya. Terbentuknya areal bening disebabkan karena adanya bahan antimikroba pada ekstrak kulit buah manggis sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur terhambat. Aktivitas antimikroba dapat terlihat dengan mengamati zona bening yang terbentuk di sekitar cakram dan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Zona hambat bakteri Aeromonas hydrophila dan Edwardsiella tarda dapat dilihat setelah masa inkubasi selama 24 jam. Zona hambat jamur Saprolegnia sp. dapat dilihat setelah 3 hari sampai hifa normal tumbuh menutupi cawan petri (Handayani et al., 2019). Bakteri Aeromonas hydrophila dan Edwardsiella tarda serta jamur Saprolegnia sp. adalah bakteri patogen dan jamur yang sering terdapat pada ikan.

Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Tambunan et al. (1998) dari Institut Teknologi Bandung menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut n-heksan dan etil asetat ternyata mampu menghambat pertumbuhan bakteri Shigella flexneri, Salmonella typhi, dan Escherichia coli dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) isolat mangostin 4 dan 6 mg. Bakteri Shigella flexneri adalah bakteri penyebab penyakit disentri. Bakteri Salmonella typhi adalah bakteri penyebab penyakit tifus. Sementara itu, bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan keracunan makanan yang serius pada manusia.

Penelitian Wisatya et al. (2010) dari Universits Diponegoro menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, khamir Candida albicans, dan jamur Aspergillus niger. Konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak kulit buah manggis terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, khamir Candida albicans, dengan metode cakram kertas yaitu 5% (w/v), pada jamur Aspergillus niger 0,5% (w/v). Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri penyebab keracunan makanan dan berbagai macam penyakit, seperti infeksi kulit dan saluran pernapasan. Kontaminasi pada luka hingga berujung pada abses dan infeksi organ dalam juga merupakan akibat dari infeksi bakteri ini. Khamir Candida albicans dapat menyebabkan candidiasis, yaitu infeksi pada area kelamin, mulut, kulit, dan darah. Sementara itu, jamur Aspergillus niger dapat menyebabkan penyakit aspergillosis. Kelainan yang disebabkan penyakit ini antara lain: aspergillosis paru yang menimbulkan kelainan seperti asma bronkial akibat alergi terhadap jamur yang berada di paru, otomycosis yang sering disertai infeksi bakteri, kelainan akibat otomycosis seperti keluhan gatal pada liang telinga, nyeri, dan kadang bernanah, serta onychomycosis yang menyebabkan kelainan pada kuku.

Kontributor : Nastasya Putrinda Editha

 

REFERENSI

Gopalakrishnan, G., Banumathi, B., dan Suresh, G. 1997. Evaluation of The Antifungal Activity of Natural Xanthones from Garcinia mangostana and Their Synthetic Derivatives. J. Nat Prod. 60(5): 519 – 524.

Handayani, M., Suryanto, D., Siregar, T., dan Efendi, Z. 2015. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda, dan Jamur Saprolegnia sp. Jurnal Aquacoastmarine 8 (3).

Jung, H. A., Su, B. N., Keller, W. J., Mehta, R. G., dan Kinghorn, A. D. 2006. Antioxidant Xanthones from The Pericarp of Garcinia mangostana. Journal of Agricultural and Food Chemistry 54(6): 2077 – 2082.

Kastaman, R. 2007. Analisis Prospektif Pengembangan Produk Olahan Manggis (Garcinia mangostana) dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani (Studi Kasus di Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Agrikultura 18 (1).

Mahabusarakam, W., Kuaha, K., Wilairat, P., dan Taylor, W.C. 2006. Prenylated Anthones as Potential Antiplasmodial Substances. Planta Med. 72(10): 912 – 916.

Mahabusarakam, W., Proudfoot, J., Taylor, W., dan Croft, K. 2000. Inhibition Oflipoprotein Oxidation by Prenylated Xanthones Derived from Mangostin. FreeRadic Res 33: 643 – 659.

Obolskiy, D., Pischel, I., Siriwataametanon, N., dan Heinrich, M. Garcina mangostana L: A Phytochemical and Pharmacological Review. Phytother Res 23(8): 1047 – 1065.

 Suksamrarn, S., Komutiban, O., Ratananukul, P., Chimnoi, N., Lartpornmatulee, N., dan Suksamrarn, A. 2006. Cytotoxic Prenylated Xanthones From The Young Fruit of Garcinia mangostana. Chemical & Pharmaceutical Bulletin 54: 301 – 305.

Tambunan, R. M., Soetarno, S., Sukandar, E. Y. 1998. Telaah Kandungan Kimia dan Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L., Guttiferae). Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Widayanti, S. M., A. S. Permana dan H. D. Kusumaningrum. 2009. Kapasitas dan Kadar Antioksidan Ekstrak Tepung Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Berbagai Pelarut dengan Metode Maserasi. Jurnal Pascapanen Pertanian 6(2): 61 – 68.

Wisatya, D. K., Sarjono, P. R., dan Mulyani, N. S. 2010. Pengaruh Pemanasan Pada Proses Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn) terhadap Aktivitas Antimikroba. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13(2): 46 – 50.

 

Tinggalkan Balasan